Diawal tahun 2019 ini marilah sejenak mengheningkan cipta sebagai tanda bahwa kita sudah resmi meninggalkan 2018. Mengheningkan cipta, mulai~~
Selesai~~
Lohh kan saya mau nulis, bukan upacara. Hadeh..
Tida perlu terus bersedih teman-teman, mari sudahi tahun 2018 dan terima kenyataan kalau hari ini sudah memasuki tahun 2019. Tinggalkan saja segala resolusimu yang sudah usang itu ferguso :(
Bagi saya, 2018 adalah tahun yang penuh berkah. Rasanya selama hidup sebagai manusia yang belum utuh, belum pernah saya merasa sangat bersyukur. Kalau saya sebutkan satu-satu apa saja berkah yang saya dapatkan tulisan ini suda tida menjadi blog tapi biografi, ehehe. Jadi saya cerita hal yang paling besar saja yang membuat saya sungguh merasa bersyukur.
Berkah awal tahun 2018, saya diberikan kesempatan untuk menyabet gelar sebagai Sarjana Seni di Institut Seni Indonesia Surakarta Fakultas Seni Rupa dan Desain Jurusan Seni Media Rekam Program Studi Televisi dan Film, atau bisa di singkat S.Sn :D
Tidak ada kebahagiaan lain yang bisa mengalahkan kala itu, saya sungguh sangat bangga sudah membuktikan kepada kedua orang tua bahwa saya bisa lulus dari rimba yang kejam itu. Tapi sungguh bersedih hati, ternyata masih ada rintangan dan halangan untuk mencapi sebwah kesuksesan, ialah mendapat pekerjaan. Klasik.
Berkah kedua, saya mendapat pekerjaan. Setelah kurang lebih 2 bulan jadi pengangguran. Dan yang paling mengejutkan, saya bekerja sebagai admin sekaligus fotografer di Pipupu Studio. Sungguh tida sesuai. Di satu sisi ada rasa bangga dengan diri sendiri bahwa ternyata saya diterima dan mampu bekerja (FYI ini pekerjaan pertama saya selama merantau). Tapi disatu sisi, ada buanyak hal yang membuat sisi egois saya muncul. "Lulusan tv film kok kerjo ning studio, lah kuliahmu selama iki nggo opo?"
Selama bekerja di Pipupu Studio hati dan pikiran saya terus terjadi peperangan sengit. Otak saya tidak menerima kalau saya harus bekerja di sini, tapi hati saya memaksa untuk belajar ikhlas dan menerima. Akhirnya, peperangan selesai. Kalau tidak salah, setelah 4 bulan bekerja saya sudah bisa menerima keadaan. Saya sudah mulai mengenal satu persatu kru, saya mulai memahami bagaimana mereka di dunia kerja. Pekerjaan ini mengajarkan bagaimana menghadapi berbagai macam jenis orang, bekerja dengan hati dan melihat sisi positif dari sebuah pekerjaan jasa foto. Pekerjaan saya sederhana, hanya cukup bersikap ramah dan bertanggungjawab. Terlihat mudah, tapi tidak semua orang bisa melakukannya. Berjalan 8 bulan, saya merasa sudah cukup belajar. Saya sudah mulai dimudahkan dengan kenyamanan yang mereka berikan. Tidak baik untuk usia saya yang sekarang. Sudah saatnya pindah, meski berat tapi tak apa. Berusaha lebih keras tidak ada salahnya.
Kadangdikala sendiri saya sering membayangkan, betapa bahagianya mereka yang usai berfoto di Pipupu Studio. Seakan foto yang kami hasilkan bisa menghentikan waktu dan merekam dengan jelas raut kebahagiaan saat itu. Semoga selalu seperti itu. Saya salah satu orang yang percaya bahwa foto tidak hanya sekedar foto. Foto adalah momen abadi.
Berkah terbesar lain, akhirnya saya mencapai titik terendah di kota perantauan ini. Ada banyak macam kesusahan yang saya rasakan. Salah satunya susah bersyukur. Hal ini, membuat hidup saya tidak tenang, sering menangis, mengeluh, marah marah, lalu akhirnya pasrah. Sampai pada titik paling terendah, saya menyerah. Saya rasa, saya harus pulang ke orang tua. Memberanikan diri melepaskan kenyamanan yang saya rasakan.
Nyaman di Solo. Sebab titik rendah saya muncul karena itu. Solo sudah jadi kota kedua yang saya nobatkan sebagai rumah, ada banyak kenyamanan. Salah satunya, di sini ada orang saya sayangi, saya bisa bertemu setiap hari. Tapi lambat laun hubungan kami juga sampai pada titik rendah. Kami sama sama merasa kehilangan arah. Hal itulah yang membuat kami mengambil keputusan, hanya jarak yang bisa memperbaiki.
Ada banyak harapan saat kami memutuskan untuk membuat jarak. Membuat segalanya menjadi sulit. Harapan itu membuat kami yakin, jarak bukan penghalang, melainkan jalan keluar.
Yak, karena tulisan ini semakin terasa serius, jadi itulah keleodoskop kehidupan saya di tahun 2018. Tahun 2019 akan jadi awal baru untuk saya dan bagi banyak manusia.
Semoga semesta bekerjasama dengan segala harapan baik. :)
Selama bekerja di Pipupu Studio hati dan pikiran saya terus terjadi peperangan sengit. Otak saya tidak menerima kalau saya harus bekerja di sini, tapi hati saya memaksa untuk belajar ikhlas dan menerima. Akhirnya, peperangan selesai. Kalau tidak salah, setelah 4 bulan bekerja saya sudah bisa menerima keadaan. Saya sudah mulai mengenal satu persatu kru, saya mulai memahami bagaimana mereka di dunia kerja. Pekerjaan ini mengajarkan bagaimana menghadapi berbagai macam jenis orang, bekerja dengan hati dan melihat sisi positif dari sebuah pekerjaan jasa foto. Pekerjaan saya sederhana, hanya cukup bersikap ramah dan bertanggungjawab. Terlihat mudah, tapi tidak semua orang bisa melakukannya. Berjalan 8 bulan, saya merasa sudah cukup belajar. Saya sudah mulai dimudahkan dengan kenyamanan yang mereka berikan. Tidak baik untuk usia saya yang sekarang. Sudah saatnya pindah, meski berat tapi tak apa. Berusaha lebih keras tidak ada salahnya.
Kadang
Berkah terbesar lain, akhirnya saya mencapai titik terendah di kota perantauan ini. Ada banyak macam kesusahan yang saya rasakan. Salah satunya susah bersyukur. Hal ini, membuat hidup saya tidak tenang, sering menangis, mengeluh, marah marah, lalu akhirnya pasrah. Sampai pada titik paling terendah, saya menyerah. Saya rasa, saya harus pulang ke orang tua. Memberanikan diri melepaskan kenyamanan yang saya rasakan.
Nyaman di Solo. Sebab titik rendah saya muncul karena itu. Solo sudah jadi kota kedua yang saya nobatkan sebagai rumah, ada banyak kenyamanan. Salah satunya, di sini ada orang saya sayangi, saya bisa bertemu setiap hari. Tapi lambat laun hubungan kami juga sampai pada titik rendah. Kami sama sama merasa kehilangan arah. Hal itulah yang membuat kami mengambil keputusan, hanya jarak yang bisa memperbaiki.
Ada banyak harapan saat kami memutuskan untuk membuat jarak. Membuat segalanya menjadi sulit. Harapan itu membuat kami yakin, jarak bukan penghalang, melainkan jalan keluar.
Yak, karena tulisan ini semakin terasa serius, jadi itulah keleodoskop kehidupan saya di tahun 2018. Tahun 2019 akan jadi awal baru untuk saya dan bagi banyak manusia.
Semoga semesta bekerjasama dengan segala harapan baik. :)
selamat tahun baruuuuuu
BalasHapusSelamat tahun baruuuuu
Hapus