Hidup sukses nggak semudah menanam malika --kedelai hitam yang dirawat penuh dengan cinta--
Bahkan merawat Malika ini pun butuh proses yang panjang lov. Sukses bukan cuma sekedar kata, bagi manusia sukses itu pencapaian paling puncak. Pun sukses punya standar tersendiri. Menurut saya sukses lebih dari sekedar punya banyak simpenan uang di brankas dan mobil berkelas. Sukses menurut saya, ketika ibu dan ayah sudah tidak mengkhawatirkan bagaimana masa depan. -- Terdengar sederhana, tapi tidak mudah --
Untuk pertama kalinya saya merasa khawatir dengan berjalannya kehidupan yang monoton dan gitu gitu aja. Perasaan takut tiba dan tak kunjung reda. Dan bisa dipastikan, saya kebanyakan melirik orang-orang yang saya anggap santai dengan kehidupan. Saya sering menganggap rendah diri saat melihat mereka yang terlihat bahagia di media sosial, sebar foto dan video sana sini yang jelas memperlihatkan kebahagiaan.
-- sepertinya saya harus me-refresh- following supaya ga pusing --
Bukan hanya di media fana (media sosial) tapi juga realita. Saya menemukan banyak kawan yang "terlihat" bahagia. Dan saya iri. Sungguh tak ada gunanya.
Maka diputuskan sebuah mufakat "I need more quality time for myself and think a lot about how's my purpose in life?"
Mufakat ini nggak ujug-ujug dateng. Beberapa hari ini saya seperti benar-benar di ajarkan bagaimana menghargai. Mulai dari menghargai keinginan orang tua terhadap saya, menghargai waktu yang sudah banyak terbuang, dan terutama belajar menyayangi dan menghargai diri sendiri.
Mulai dari saling menghargai, entah kepada manusia lain atau diri sendiri saya tidak lagi khawatir tentang bagaimana roda kehidupan berputar.
Seperti kata Kunto Aji di lagu terbarunya berjudul Rehat "Tenangkan hati semua ini bukan salahmu, jangan berhenti, yang kau takutkan tak kan terjadi"
Komentar
Posting Komentar