Sebagai manusia yang masih menginjak 20an ini mau tidak mau harus berpikir dengan bijak gimana masa depanmu nanti. Berpikir tentang masa depan - terutama saya - nggak lepas dari harapan suatu saat nanti bisa hidup dengan tenang dan berleha-leha di tepi pantai sambil pake sunblock dan berjemur sampe bosen.
Ngomong ngomong soal "berpikir bijak", bijak itu apa sih? Kayaknya nilai dari bijak bagi tiap orang itu berbeda. Sama dengan nilai benar atau salah. Itu relatif. Bijak atau nggak kan tergantung kebutuhan di hidupmu ki piye? Ya khaan? Ga melulu sikap bijak itu menguntungkan banyak orang hloo..
-- contoh kasus realita --
We sekarang kerja di studio, udah jalan sekitar 4 bulan. Sebagai sarjana strata satu atau lebih pendeknya S1 (hehehe), gawe di studio dengan gaji nggak semahal tas gucci ori adalah hal yang "dianggap" tidak pantas bagi sebagian orang. We agak setuju. Dan tentu dengan pendapatan sebagai admin studio tidak berbanding lurus dengan kebutuhan sehari-hari. So, untuk mencukupi kebutuhan lainnya we buka bisnis online jual hijab. Meski masih tetep ga bisa setara sama harga tas gucci tapi bagi we, alhamdulillah masih mencukupi. Tapi sedihnya, we kagak bisa nabung langsung banyak. Pada akhirnya, muncullah pemikiran "bijak", yakni we berencana gawe di studio cukup sampai 6 bulan aja. Kenapa?
Karna we punya rencana cari kerja yang deket rumah, seminggu sekali bisa balik sambil bawa lauk kering (hehehe) dan tentunya lebih dekat dengan keluarga.
-untuk saat ini yah begitulah menurut we pemikiran yang "bijak"-
Nah, tapi menurut abyan, pemikiran yang "bijak" itu. "Kamu harusnya kerja di sana minimal setahun lov, rugi kalau cuma 6 bulan. Sekarang yang di cari di tempat kerja itu yang berpengalaman satu tahun. Coba bayangkan nanti kalau kamu ngelamar kerja di tempat lain, trus di tanya 'kok cuma 6 bulan mbak, ada masalah ya sama kerjaannya dulu?'. Seenggaknya kamu kalau setahun di studio itu punya multitalent, admin bisa, motret bisa, edit foto bisa. Itu bisa jadi nilai tambah kamu lov. Tapi ya gitu kamu harus berperang sama rasa bersalah sama ortumu dan kerjamu bakal gitu gitu aja"
-- jadilah aku pusing--
Disamping ingin dekat dengan keluarga, tapi logika berkata lain. jika aku boleh balik ke masa lalu, aku nggak akan nerima kerja di studio dan cari kerja yang deket aja sama rumah. Tapi ya karna nggak punya mesin waktu jadi hanya penyesalan yang berlalu.
Sesungguhnya nggak ada yang mau di cap, "lulusan sarjana tapi kerja gitu gitu aja".
Akutu capek denger tanggepan orang lain tentang "nggak pantes". Akutu juga ingin cari kerja yang pantas. Tapi kerja yang pantas itu kaya gimana sih? Bukankah kerja yang pantas itu bisa di peroleh dengan proses yang pantas juga?
Aku yakin uneg-unegku sekarang pasti pernah hinggap di kehidupan masing masing manusia beranjak 20an. Marilah kita sama meyakini bahwa proses tidak akan pernah menghianati hasil. Yakin saja bahwa dirimu akan berkembang dengan caranya sendiri tanpa harus mendengarkan "apa kata mereka".
Tapi yha gitu we tetep bingung kudu pilih 6 bulan atau 1 tahun
Komentar
Posting Komentar